Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Kamis, 30 Oktober 2008

Momen Sumpah Pemuda dan Hari Pahlawan:

Pekan ini adalah pekan yang bersejarah bagi kita. Pada pekan ini ada dua momen yang sangat bersejarah bagi bangsa kita. Yang pertama tentu saja adalah Sumpah Pemuda yang jatuh tanggal 28 Oktober lalu. Tanggal ini tentu mengingatkan kita akan peran serta para pemuda dalam perjuangan kemerdekaan bangsa. Saat itu seluruh pemuda bersatu demi terwujudnya tujuan bersama, yaitu kemerdekaan. Momen bersejarah kedua adalah Hari Pahlawan yang jatuh pada tanggal 10 November nanti. Momen ini pasti mengingatkan kita akan perjuangan para pahlawan merebut kemerdekaan. Kedua momen inilah yang mempunyai nilai historis cukup besar bagi bangsa dan negara kita.

Sebagai pemuda, kita pasti tak lupa pada peristiwa Sumpah Pemuda 1928. Ini adalah suatu manifestasi perjuangan para pemuda yang sangat berarti. Bisa kita bayangkan betapa para pemuda dulu berani dengan tegas mengadakan suatu rapat yang jelas-jelas menentang kekuasaan pemerintah saat itu. Keberanian ini adalah murni keberanian karena rasa cinta pada tanah air. Rasa tidak rela atas penjajahan yang dialami bangsanya. Penjajahan yang membuat rakyat menderita dan kemerdekaan seakan-akan adalah sesuatu yang mudah dirampas.

Hari Pahlawan 10 November adalah pengingat bagi kita akan perjuangan leluhur kita meraih kemerdekaan. Kita pasti tak lupa pada Pertempuran 10 November di Surabaya, Bandung Lautan Api di Bandung, Pertempuran Lima Hari di Semarang, dan pertempuran-pertempuran melawan penjajah lainnya yang meminta korban harta dan nyawa yang tak sedikit bagi para pahlawan. Semua ini hanya buat kemerdekaan bangsa. Jangan lupalah kita bahwa kemerdekaan yang kita nikmati ini adalah benih dari perjuangan pendahulu kita.

Lalu, setelah kita merdeka, apakah peran pemuda ini masih akan terus berlanjut? Hal inilah yang mesti kita cari jawabannya. Semangat pemuda mestinya tak akan pernah padam sampai kapan pun. Semangat dalam memperjuangkan kesejahteraan bangsa seharusnya selalu kita kobarkan dalam dada kita.

Penduduk Indonesia 75 persen adalah pemuda. Maka sudah selayaknyalah kita mau mulai memikirkan nasib bangsa dan negara kita tercinta. Walaupun secara lahiriah Indonesia sudah bukan negara terjajah lagi, tapi secara batiniah Indonesia adalah negara terjajah. Indonesia seakan tak berkutik jika berseberangan pendapat dengan negara lain. Mengenai Pulau Sipadan dan Ligitan misalnya, Indonesia tak berdaya saat berhadapan dengan Malaysia. Diplomasi dan kedaulatan Indonesia sangat rapuh.

Begitu juga dalam bidang budaya. Kenapa budaya asing yang buruk bagi kita dengan mudah masuk dan menjamur di sini, sedangkan budaya sendiri yang baik bagi kepribadian kita tidak terurus dan malah diserobot oleh negara lain? Apakah bangsa ini sudah lupa akan jati dirinya? Banyak di antara kita mungkin lupa atau bahkan jijik jika memainkan alat musik murni bangsa sendiri, yaitu gamelan. Sedangkan di negara lain, gamelan kita dipelajari serius dan disukai oleh banyak orang. Bukankah ini ironis?

Oleh sebab itu, marilah kita sebagai pemuda yang merupakan generasi penerus bangsa ini memikirkan baik-baik masa depan bangsa ini. Kita adalah agen perubahan, agent of change, karena masa depan bangsa terletak di tangan kita. Mari kita bekerja keras buat bangsa ini. Bangsa yang besar adalah bangsa yang pemuda-pemudanya mau bekerja keras. Mari kita pertebal rasa nasionalisme kita. Pemuda adalah generasi harapan bangsa. Kemajuan negara selain terletak pada pemimpinnya, juga terletak pada para pemudanya.

Mungkin kita sebenarnya butuh keteladanan yang baik mengenai hal ini. Janganlah kita tiru sikap birokrat-birokrat kita yang lupa dengan rakyat dan malah menyengsarakan rakyat. Momen Sumpah Pemuda dan Hari Pahlawan bukankah sesuatu yang sangat baik untuk kita contoh? Mari kita jadikan momen ini sebagai pengingat sekaligus teladan bagi kita untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik. Mari kita lanjutkan dan tidak menyianyiakan kemerdekaan yang diperjuangkan para pendahulu kita.





oleh
A. P. Edi Atmaja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar